Salam merdeka. Salam damai dari bumi Cenderawasih.
Saya sudah menontonnya dan menyimak dengan seksama diskusi diantara ibu Conni, Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya di podcastnya Helmy dengan judul yang tendensius dan provokatif. Judulnya Waspada !!! Ada Tentara Bayaran Di Papua.
Judul ini akan sangat logis dan bisa diterimah akal sehat kita, apabila materi diskusinya membahas soal relasi bisnis coorporation internasional dengan militer di wilayah pertambangan Freeport di bumi Amungsa, Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Karena di area konservasi Freeport Timika, banyak tentara bayaran berkeliaran disana. Baik tentara bayaran yang di datangkan manajemen Freeport dari luar negeri, maupun tentara bayaran yang disediakan negara Indonesia untuk mengamankan jalanya eksplorasi isi perut bumi Papua.
Ibu Conni yang saya hormati, kalau mau bicara isu Papua, saran saya, ibu jangan terlalu banyak mengumpulkan informasi dan data hanya dari media sosial atau dari keterangan intelejen. Kebanyakan datanya sangat manipulatif dan bersifat data sekunder.
Sebagai seorang akademisi terkemuka yang yang hormati dan kagumi, sebaiknya ketika semua informasi dan data tentang isu Papua yang ibu dapatkan, sebelum ibu bicara ke publik, lakukan dulu trianggulasi data atau validasi lagi data tersebut dengan misalnya riset langsung ke lapangan di Papua.
Kalau seorang akademisi tidak melakukan validasi data atau trianggulasi data, bisa terjadi research bias dalam hasil penelitian. Sehingga ketika risetnya dipublikasikan, bisa menimbulkan kontroversi dan resistensi publik. Bahkan salah satu tujuan mulia penelitian adalah memberikan solusi alternatif terhadap suatu persoalan bangsa, ternyata research bias yang kita hasilkan, justru menimbulkan kegaduhan dan memperbesar persoalan bangsa tersebut.
Oleh karena itu, ketika ibu Conni bicara soal isu Papua, ibu perlu menempatkan diri sebagai ilmuwan yang bebas nilai dan bebas kepentingan, dan tegak lurus terhadap hasil penelitian, sehingga obyektif dan jernih membaca isu Papua. Tidak emosional dan terkesan tendesius. Akibatnya berpotensi menimbulkan pernyataan yang tidak benar atau hoax.
Saya mencatat ada 3 ( tiga ) pernyataan ibu di podcast Helmy Yahya yang keliru dan tidak benar alias Hoax.
Pertama, ada tentara bayaran asing terlibat langsung mendukung aksi KKB Egianus Kogoya dalam peristiwa Mugi berdarah 15 April 2023. Pernyataan ibu sangat keliru dan tidak benar. Tidak ada tentara asing yang berkeliaran, ikut bergerilya di hutan belantara Papua, bersama KKB untuk melawan aparat keamanan.
Yang bisa saya sampaikan bahwa di negara tetangga PNG, telah terbentuk Batalion Sepik. Kelompok ini berseragam militer PNG dan mereka memiliki senjata otomatis. Mereka relawan yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat sipil dan beberapa anggota tentara PNG. Mereka sudah menyatakan diri siap mendukung perlawanan bersenjata kelompok KKB Papua, untuk melawan aparat keamanan TNI / Polri di Papua, demi mewujudkan kemerdekaan Papua.
Pemerintah PNG sudah menyatakan bahwa, Batalion Sepik itu kelompok geng kriminal. Kelompok ini tidak mewakili sikap PNG terhadap Indonesia. Negara PNG masih berkomitmen penuh mendukung kedaulatan Indonesia atas Papua dan menghormati prisip non intervensi dalam hukum internasional.
Namun kenyataanya, tidak ada kebijakan tegas otoritas PNG untuk membubarkan kelompok Batalion Sepik. Kelompok bersenjata Batalion Sepik ini yang perlu diawasi dan di monitoring aktivitasnya di wilayah perbatasan RI dan PNG. Terutama di sepanjang aliran sungai Sepik yang berhulu di Batom, Pegunungan Bintang, Papua, dan bermuara di kota Wewak, PNG.
Tetapi kalau ibu Conni tetap bersikeras, karena berasumsi bahwa kenapa KKB Egianus Kogoya ini, seperti kelompok yang sudah sangat terlatih karena dukungan tentara bayaran asing, saya mau katakan bahwa memang KKB Egianus Kogoya kelompok terlatih. Mereka miliki instructor atau pelatih dan beberapa media atau instrumen yang digunakan untuk memperlengkapi pengetahuan mereka dalam strategi perang gerilya dan kemampuan membongkar pasang senjata mesin. Tetapi pada kesempatan lain, saya akan cerita pelatihan mereka yang lebih lengkap.
Kedua, pendirian kantor ULMWP di Wamena, Papua di hadiri oleh Perdana Menteri Vanuatu. Pernyataan ibu Conny ini sangat mengejutkan dan mengherankan, karena mengingat nama besar ibu sebagai pengamat politik dan militer terkemuka di negeri, tapi kok bisa sembrono mengeluarkan pernyataan hoax seperti ini.
Saya hadir saat acara tersebut diselenggarakan tanggal 15 Februari 2016. Dalam undangan yang dikirim ke saya, agendanya adalah acara peresmian kantor baru Dewan Adat Papua ( DAP) wilayah Laa Pago. Namun saya juga mendapat laporan bahwa acara tersebut bersamaan dengan acara peresmian kantor perwakilan ULMWP di Wamena, Papua.
Hamba Tuhan yang dipanggil untuk melayani di acara tersebut adalah Pater Yohanes ” John ” Jonga. Tidak ada satu tamu asing pun yang hadir di acara tersebut dari komunitas negara-negara Melanesia. Mereka ikut hanya melalui live streaming yang direkam di beberapa handphone peserta.
Mungkin sosok Edison Waromi yang berdiri meresmikan plan papan nama kantor ULMWP itu, yang dilaporkan teman-teman intelejen ke telinga ibu, bahwa itu sosok PM Vanuatu.
Hari itu juga, Senin 15 Februari 2023 pada pukul 16.00 WIT, papan nama kantor ULMWP dicabut polisi dan diamankan sebagai barang bukti. Para penanggungjawab kegiatan antara lain, Markus, Haluk dan Edison Waromi, telah dimintai tanggungjawabnya oleh pihak kepolisian. Pater John Jonga yang hanya diundang sebagai pemberita Firman Tuhan, ikut juga dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.
Jadi, untuk ibu Conny yang saya hormati, tidak benar dan keliru pernyataan ibu tentang hadirnya PM Vanuatu di Wamena saat peresmian kantor ULMWP.
Ketiga, tentara yang terbunuh dalam peristiwa Mugi berdarah 15 April 2023 berjumlah 36 orang. Saya tidak tahu dari mana ibu dapat data tersebut dan saya merasa tidak punya kapasitas mengklarifikasikan data tersebut. Karena ibu Conny sangat dekat dengan Panglima TNI, Menhan dan para petinggi militer di negeri ini jadi mungkin para petinggi TNI yang miliki kapasitas untuk mengklarifikasikan jumlah korban prajurit TNI.
Demikian surat terbuka saya kepada ibu Conny yang saya hormati, semoga kita bisa bersama – bersama berkontribusi merawat perdamaian dan kestabilan politik dan keamanan di Papua, demi membangun masa depan Papua yang lebih baik.
Salam damai dari kami,
Marinus Mesak Yaung
Dosen Universitas Cenderawasih Papua.